AndaBerada Disini : Beranda » Tokoh Cikadueun » Silsilah Turunan KH. Syafei Cikadueun Silsilah Turunan KH. Syafei Cikadueun Diposting oleh Admin Diperbaharui Pada: Selasa, 07 Desember 2010 ~ 15.50. KH. Syafei + a.Hj. Hindun & b.Hj. Khodijah Jasir Umar a. Hj. Aen + a.KH. Entong & b.KH. Ma'ruf
Thereligion tour destination in Pandeglang regency are very rich; one of them is Syekh Mansyur Cikadueun, as a religion tour which has potentially increased the standard of economy and social of local society at the area. The purpose of the research is to know the economy and social impact as the existence the religion tour object to the local
ï»żBilaAnda mencari silsilah abuya dimyati pandeglang anda datang ketempat yang tepat. kami mempunyai 31 gambar tentang silsilah abuya dimyati pandeglang termasuk gambar, photo, wallpaper, dan lainnya. Di halaman ini, kami juga memiliki berbagai macam gambar. Seperti png, jpg, animasi gif, seni gambar, logo, hitam dan putih, transparan, dll.
syekhmaulana mansyuruddin atau biasa dikenal sultan haji beliau adalah seorang ulama / sultan ke 7 banten berdarah bangsawan banten putra dari sultan ageng tirtayasa yang merupakan penyebar agama
SyechMaulana Mansyur pupus di Cikadueun, Pandeglang, Banten sarta dimakamkeun diditu taun 1672 M. Diposting oleh S u r a t m a di 13.50. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest. Label: RELIGI. Tidak ada komentar: Posting Komentar.
RanteUyut Cikadueun. Diposting oleh Admin Diperbaharui Pada: Minggu, 23 Juni 2019 ~ 10.45. Rante Uyut Cikadueun. Selamat berjumpa pecinta Gentong Pusaka. Semoga semuanya sehat, berkah dan sentosa. Kali ini admin dapat tulisan dari manuskrip bertuliskan huruf arab yg berbahasa jawa Banten menerangkan keturunan Uyut Cikadueun.
AsalSilsilah Syekh Manshur Cikadueun Diposting oleh Admin Diperbaharui Pada: Kamis, 02 Desember 2010 ~ 00.29. Maulana Syarif Hidayatullah Syekh Sunan Gunungjati berputra; Maulana Hasanuddin (Pangeran Sabakingkin) 1552 - 1570 berputra; Maulana Yusuf (Pangeran Pasareyan) 1570 - 1585 berputra.
Tempatkreatifitas dan berkarya dalam membangun kampung halaman Cikadueun Kampung Halaman-ku, Cikadueun, Kampung, Halaman-ku, Syekh Manshur Cikadueun, Syekh
BilaAnda mencari silsilah abuya dimyati cidahu pandeglang banten anda datang ketempat yang tepat. kami mempunyai 29 gambar tentang silsilah abuya dimyati cidahu pandeglang banten termasuk gambar, photo, wallpaper, dan lainnya. Di halaman ini, kami juga memiliki berbagai macam gambar. Bila Anda mencari silsilah syekh mansyur cikadueun
WisataKomplek Makam Syekh Mansyur di Cikadueun Pandeglang Banten sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan anda, apalagi saat liburan panjang seperti libur nasional, ataupun hari libur lainnya. Keindahan Wisata Komplek Makam Syekh Mansyur di Cikadueun Pandeglang Banten ini sangatlah baik bagi anda semua yang berada di dekat atau di kejauhan
pHjvRC. Syekh Maulana Mansyuruddin, Cikadueun, Pandeglang, Banten. Bila anak bangsa sudah mulai melupakan sejarahnya, maka hilanglah kebesaran generasi bangsanya. Manusia ialah makhluk pelupa. Kemarin seharusnya menjadi sejarah hari ini. Hari ini menjadi sejarah esok hari. Dan esok menjadi sejarah untuk lusa yang lebih baik. Begitu seterusnya tiada berkesudahan. Tapi ternyata tidak berlaku untuk manusia-manusia pelupa. Fakta-fakta sejarah yang mengatakan betapa signifikannya peran-peran Ulama dan Santri. Para Ulama dan Santri sudah memperhatikan sejarah mereka di esok hari. Tinggal kita sekarang, apakah akan melanjutkannya atau tetap nyaman menjadi manusia-manusia amnesia. Peristiwa sejarah yang terjadi di tengah bangsa Indonesia hingga hari ini, hakikatnya merupakan kesinambungan masa kemudian yang mana fondasinya sudah dipancangkan berpengaruh oleh para Ulama dan Santri. Dan tidak akan cukup jikalau kita menuliskannya dalam lembaran artikel sederhana ini. Setidaknya, citra sederhana di atas sanggup memantik kesadaran kolektif kita wacana sejarah. Cerita rakyat yang bekerjasama dengan Islamisasi di Banten salah satunya ialah dongeng Syekh Mansyuruddin. Menurut ceritanya Sang syekh ialah salah seorang yang membuatkan agama Islam di derah Banten Selatan. Dengan peninggalannya berupa Batu Qurâan yang kini banyak berdatangan wisatawan untuk berzirah atau untuk mandi di sekitar patilasan, alasannya disana ada bak pemandian yang ditengah bak tersebut terdapat kerikil yang bertuliskan Al-Qurâan. Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sultan Haji, dia ialah putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa raja Banten ke 6. Sekitar tahun 1651 M, Sultan Agung Abdul Fatah berhenti dari kesutanan Banten, dan pemerintahan diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Maulana Mansyurudin dan dia diangkat menjadi Sultan ke 7 Banten, kira-kira selama 2 tahun menjabat menjadi Sultan Banten kemudian berangkat ke Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di tanah Iraq, sehingga kesultanan untuk sementara diserahkan kepada putranya Pangeran Adipati Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli. Pada ketika berangkat ke Bagdad Iraq, Sultan Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, âApabila engkau mau berangkat mendirikan Negara di Bagdad janganlah menggunakan/ menggunakan seragam kerajaan nanti engkau akan mendapat malu, dan jikalau mau berangkat ke Bagdad untuk tidak mampir ke mana-mana harus pribadi ke Bagdad, terkecuali engkau mampir ke Mekkah dan sehabis itu pribadi kembali ke Banten. Setibanya di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin tidak sanggup untuk mendirikan Negara Banten di Bagdad sehingga dia mendapat malu. Didalam perjalanan pulang kembali ke tanah Banten, Sultan Maulana Mansyuruddin lupa pada wasiat Ayahnya, sehingga dia mampir di pulau Menjeli di daerah wilayah China, dan menetap kurang lebih 2 tahun di sana, kemudian dia menikah dengan Ratu Jin dan mempunyai putra satu. Selama Sultan Maulana Mansyuruddin berada di pulau Menjeli China, Sultan Adipati Ishaq di Banten terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sultan resmi Banten, tetapi Sultan Agung Abdul Fatah tidak menyetujuinya dikarenakan Sultan Maulana Mansyuruddin masih hidup dan harus menunggu kepulangannya dari Negeri Bagdad, alasannya adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi kekacauan di Kesultanan Banten. Pada suatu ketika ada seseorang yang gres turun dari kapal mengaku-ngaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin dengan membawa buah tangan dari Mekkah. Akhirnya orang-orang di Kesultanan Banten pun percaya bahwa Sultan Maulana Mansyurudin telah pulang termasuk Sultan Adipati Ishaq. Orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyuruddin ternyata ialah raja pendeta keturunan dari Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli China. Selama menjabat sebagai Sultan palsu dan membawa kekacauan di Banten, jadinya rakyat Banten membenci Sultan dan keluarganya termasuk ayahanda Sultan yaitu Sultan Agung Abdul Fatah. Untuk menghentikan kekacauan di seluruh rakyat Banten Sultan Agung Abdul Fatah dibantu oleh seorang tokoh atau Auliya Alloh yang berjulukan Pangeran Bu`ang Tubagus Bu`ang, dia ialah keturunan dari Sultan Maulana Yusuf Sultan Banten ke 2 dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Sehingga kekacauan sanggup diredakan dan rakyat pun membantu Sultan Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang sehingga terjadi pertempuran antara Sultan Maulana Mansyuruddin palsu dengan Sultan Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang yang dibantu oleh rakyat Banten, tetapi dalam pertempuran itu Sultan Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang kalah sehingga dibuang ke daerah Tirtayasa, dari kejadian itu maka rakyat Banten memberi gelar kepada Sultan Agung Abdul Fatah dengan sebutan Sultan Agung Tirtayasa. Peristiwa adanya pertempuran dan dibuangnya Sultan Agung Abdul Fatah ke Tirtayasa jadinya hingga ke indera pendengaran Sultan Maulana Mansyuruddin di pulau Menjeli China, sehingga dia teringat akan wasiat ayahandanya kemudian dia pun memutuskan untuk pulang, sebelum pulang ke tanah Banten dia pergi ke Mekkah untuk memohon ampunan kepada Alloh SWT di Baitulloh dikarenakan telah melanggar wasiat ayahnya, setelah sekian usang memohon ampunan, jadinya semua perasaan bersalah dan semua permohonannya dikabulkan oleh Alloh SWT hingga dia mendapat gelar kewalian dan mempunyai gelar Syekh di Baitulloh. Setelah itu dia berdoa meminta petunjuk kepada Alloh untuk sanggup pulang ke Banten jadinya dia mendapat petunjuk dan dengan izin Alloh SWT dia menyelam di sumur zam-zam kemudian muncul suatu mata air yang terdapat kerikil besar ditengahnya kemudian oleh dia kerikil tersebut ditulis dengan menggunakan telunjuknya yang tepatnya di daerah Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten di sehingga oleh masyarakat sekitar dikeramatkan dan dikenal dengan nama Keramat Batu Qur`an. Setibanya di Kasultanan Banten dan membereskan semua kekacauan di sana, dan memohon ampunan kepada ayahanda Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Sehingga jadinya Sultan Maulana Mansyuruddin kembali memimpin Kesultanan Banten, selain menjadi seorang Sultan dia pun mensyiarkan islam di daerah Banten dan sekitarnya. Dalam perjalanan menyiarkan Islam dia hingga ke daerah Cikoromoy kemudian menikah dengan Nyai Sarinten Nyi Mas Ratu Sarinten dalam pernikahannya tersebut dia mempunyai putra yang berjulukan Muhammad Sholih yang mempunyai julukan Kyai Abu Sholih. Setelah sekian usang tinggal di daerah Cikoromoy terjadi suatu insiden dimana Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal terbentur kerikil kali pada ketika mandi, dia terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya, jawaban insiden tersebut maka Syekh Maulana Mansyuru melarang semua keturunannya yaitu para perempuan untuk mempunyai rambut yang panjangnya ibarat Nyi mas Ratu Sarinten. Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di Pasarean Cikarayu Cimanuk. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian Syekh Maulana Mansyur pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan membawa Khodam Ki Jemah kemudian dia menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan. Pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur membuatkan syariah agama islam di daerah selatan ke pesisir laut, di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sultan Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar bersama khodamnya Ki Jemah, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok ibarat seorang insan yang menghormati, maka hingga ketika ini pohon waru itu tidak ada yang lurus. Ketika Syekh sedang beristirahat di bawah pohon waru dia mendengar bunyi harimau yang berada di pinggir laut. Ketika Syekh menghampiri ternyata kaki harimau tersebut terjepit kima, setelah itu harimau melihat Syekh Maulana Mansyur yang berada di depannya, melihat ada insan di depannya harimau tersebut pasrah bahwa ajalnya telah dekat, dalam perasaan frustasi harimau itu mengaum kepada Syekh Maulana Mansyur maka atas izin Alloh SWT tiba-tiba Syekh Maulana Mansyur sanggup mengerti bahasa binatang, Karena dia ialah seorang insan pilihan Alloh dan seorang Auliya dan Waliyulloh. Maka atas izin Alloh pulalah, dan melalui karomahnya dia kima yang menjepit kaki harimau sanggup dilepaskan, setelah itu harimau tersebut di bai`at oleh beliau, kemudian dia pun berbicara âSaya sudah menolong kau ! saya minta kau dan anak buah kau berjanji untuk tidak mengganggu anak, cucu, dan semua keturunan sayaâ. Kemudian harimau itu menyanggupi dan jadinya diberikan kalung surat Yasin di lehernya dan diberi nama Si Pincang atau Raden Langlang Buana atau Ki Buyud Kalam. Ternyata harimau itu ialah seorang Raja/Ratu siluman harimau dari semua Pakuwon yang 6. Pakuwon yang lainnya ialah 1. Ujung Kulon yang dipimpin oleh Ki Maha Dewa 2. Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana 3. Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang 4. Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya 5. Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri 6. Mantiung yang dipimpin oleh Raden langlang Buana atau Ki Buyud Kalam atau si pincang. Setelah sekian usang menyiarkan islam ke aneka macam daerah di banten dan sekitarnya, kemudian Syekh Maulana Manyuruddin dan khadamnya Ki Jemah pulang ke Cikaduen. Akhirnya Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672M dan di makamkan di Cikaduen Pandeglang Banten. Hingga kini makam dia sering diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan. Keterangan Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa dimakamkan di kampung Astana Desa Pakadekan Kecamatan Tirtayasa Kawadanaan Pontang Serang Banten. Cibulakan terdapat di muara sungai Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang Banten Makam Cicaringin terletak di daerah Cikareo Cimanuk Pandeglang Banten Ujung Kulon Desa Cigorondong kecamatan Sumur Kawadanaan Cibaliung kebupaten Pandeglang Banten Gunung Anten terletak di kecamatan Cimarga Kawadanaan Leuwi Damar Rangkas Bitung Pakuan Lumajang terletak di Lampung Gunung Pangajaran terletak di Desa Carita Kawadanaan Labuan Pandeglang, disini tempat latihan silat macan. Majau terletak didesa Majau kecamatan Saketi Kawadanaan Menes Pandeglang Banten Mantiung terletak di desa sumur kerikil kecamatan Cikeusik Kewadanaan Cibaliung Pandeglang. Ki Jemah dimakamkan di kampong Koncang desa Kadu Gadung kecamatan Cimanuk Pandegang Banten
Cikadueun, â Sejarah Buyut Mansur atau Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sulthan Haji, beliau adalah putra Sulthan Agung Abdul Fattah Tirtayasa. Terletak di Desa Cikadueun, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang, Banten. Nama Cikadueun berasal dari kata cai kakaduen yaitu air bekas minum orang yang kebanyakan memakan buah durian atau kadu bahasa sundanya. Air bekas pengobatan itu di buang ke kali, sungai kecil yang mengalir membelah kampung Cikadueun hingga jauh ke muara kali Cimoyan sampai ke laut Selat sunda, dan kali itu dinamakan kali Cikadueun. Salah satu cerita rakyat yang berkaitan erat dengan nuansa Islami di wilayah Banten adalah adanya sejarah Syekh Mansyuruddin Cikadueun. Syekh Maulana Mansyuruddin bagi warga Banten memang dikenal sebagai salah seorang ulama pemberani, cerdas, piawai dalam memainkan alat-alat kesenian bernafaskan Islam. Di masa kejayaan Syekh Maulana Mansyuruddin atau juga dikenal sebagai Ki Mansyur yang juga cakap dalam ilmu pertanian serta komunikasi, dan ditugaskan untuk menjaga kawasan Islam Banten. Menurut cerita sejarah abad ke 15 Syekh Mansyuruddin diangkat menjadi sulhtan Banten yang ke 7, kira-kira selama 2 tahun menjabat menjadi Sulthon Banten kemudian berangkat ke Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di tanah Iraq, sehingga pemerintahaan kesultanan untuk sementara diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Adipati Ishaq atau Sulthan Abdul Fadhli. Wasiat Sulhtan Agung Abdul Fattah Sebelum berangkat ke Bagdad Iraq, Sulthan Seykh Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, Sulthan AgungnAbdul Fattah âApabila engkau mau berangkat mendirikan Negara di Bagdad janganlah memakai seragam kerajaan, nanti kamu akan mendapat malu, dan kalau mau berangkat ke Bagdad untuk tidak mampir ke mana-mana harus langsung ke Bagdad, terkecuali engkau mampir ke Mekkah dan sesudah itu langsung kembali ke Banten. Setibanya di Bagdad, ternyata Sulthon Maulana Mansyuruddin tidak sanggup untuk mendirikan Negara Banten di Bagdad sehingga beliau mendapat malu. Didalam perjalanan pulang kembali ke tanah Banten, Sulthan Seykh Maulana Mansyuruddin lupa pada wasiat Ayahnya, sehingga beliau mampir di pulau Menjeli di kawasan wilayah Cina, dan menetap kurang lebih 2 tahun di sana, lalu beliau menikah dengan Ratu Jin dan mempunyai satu anak putra. Pengangkatan Sementara Sulthan Adipati Ishaq Konon menurut cerita Sulthan Adipati Ishaq anak dari Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin Banten terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sulthan resmi Banten, tetapi Sulthan Agung Abdul Fattah sebagai kake tidak menyetujuinya, karena Sulthan syekh Maulana Mansyuruddin masih hidup dan harus menunggu kepulangannya dari Negeri Bagdad, karena adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi kekacauan di Kesultanan Banten. Saat kekacauan Pemerintahaan ke Sulthanan sedang berlangsung, suatu ketika ada seseorang yang baru turun dari kapal mirip dengan wajah Sulthan Syekh Maulana mansyuruddin dan mengaku-ngaku sebagai Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin dengan membawa oleh-oleh dari Mekkah. Akhirnya orang-orang di pesisir pantai membanyanya pulang ke Kesultanan Banten. Kepercayaan Masyarakat Masyarkat sekitar pisisir dan orang-orang kesulthanan percaya bahwa Sulthan Syekh telah pulang kembali, termasuk Sulthan Adipati Ishaq. Orang yang mengaku sebagai Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin ternyata adalah raja goib Siluman yang menguasai Pulau Menjeli Negeri sebrang. Selama menjabat sebagai Sulthan palsu dan membawa kekacauan di Banten, akhirnya rakyat Banten membenci Sulthan dan keluarganya termasuk ayahanda Sultan yaitu Sulthan Agung Abdul Fattah. Untuk menghentikan kekacauan yang terjadi di seluruh rakyat Banten, karena kepimpinan Sulthan palsu. Pada akhirnya Sulthan Agung Abdul Fattah memanggil Pangerang Tubagus Buâang untukn membantu meredahkan kekacauan kepimpinanan kesulthanan Banten. Tubagus Bu`ang adalah keturunan dari Sulthan Maulana Yusuf Sulthan Banten ke 2 dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Pertempuran Sulthan Agung Dan Raja Jin Siluman Sulthan Agung Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang dan para rakyat kesulthanan setuju dengan ada peperangan untuk melawan Sulthan palsu, yakni, Raja Jin siluman dari Pulau Menjeli negeri sebrang, sehingga terjadi pertempuran antara Sulthan palsu dengan Sulthan Abdul Fattah dan Pangeran Bu`ang yang dibantu oleh rakyat Banten. Namun dalam pertempuran itu Sulthan Agung Abdul Fattah dan Pangeran Bu`ang mengalami kekalahan, karena melihat rakyatnya jadi korban. sehingga kalah pertempurannya, dan akhirnya Sulthan Agung Abdul Fattah di asingkan ke daerah Tirtayasa, dari kejadian itu Rakyat Banten memberi gelar kepada Sulthan Agung Abdul Fattah dengan sebutan Sulthan Agung Tirtayasa. Peristiwa Pertempuran Sulthan Agung Abdul Fattah Peristiwa pertempuran dan diasingkannya Sulthan Agung Abdul Fattah ke Tirtayasa akhirnya sampai ke telinga Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin di pulau Negeri sebrang, sehingga beliau teringat akan wasiat ayahandanya lalu beliau pun memutuskan untuk pulang, sebelum pulang ke tanah Banten beliau pergi ke Mekkah untuk memohon ampunan pada Allah di Baitullah karena telah melanggar wasiat ayahnya, setelah sekian lama memohon ampunan, akhirnya semua perasaan bersalah dan semua permohonannya dikabulkan oleh Allah sampai beliau mendapatkan gelar kewalian dan mempunyai gelar Syekh di Baitullah. Setelah itu beliau berdoâa meminta petunjuk kepada Allah untuk dapat pulang ke Banten akhirnya beliau mendapatkan petunjuk dan dengan izin Allah beliau menyelam di sumur zam-zam kemudian muncul suatu mata air yang terdapat batu besar ditengahnya lalu oleh beliau batu tersebut ditulis dengan menggunakan telunjuknya yang tepatnya di daerah Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten. Setibanya di Kasultanan Banten, siluman dari Negeri sebrang itupun ketakutan dan lari, kono Jin siluman tersebut lari ke puncak gunung karang. Sehingga akhirnya Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin kembali memimpin Kesultanan Banten, selain memjadi seorang Sulthan beliau mensyiarkan Islam di daerah Banten dan sekitarnya. Awal Pernikahan Sulthan Syekh Maulana Mansyuruddin Dan Nyai Sarinten Dalam perjalanan menyiarkan islam beliau sampai ke daerah Cikoromoy lalu menikah dengan Nyi Mas Ratu Sarinten dalam pernikahannya tersebut mempunyai seorang putra yang bernama Muhammad Sholih yang memiliki julukan Kiai Abu Sholih. Setelah sekian lama tinggal di daerah Cikoromoy terjadi suatu peristiwa dimana Nyai Mas Ratu Sarinten meninggal dunia, konon katanya terbentur batu kali pada saat mandi, beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyai Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya, akibat peristiwa tersebut maka Syekh Maulana Mansyuruddin melarang semua keturunannya yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang panjangnya seperti Nyai Mas Ratu Sarinten. Nyai Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di pasarean cikarayu cimanuk. Sepeninggal Nyai Ratu Sarinten, lalu Syekh Maulana Mansyuruddin pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang. Tak lama tinggal di Cikadeun lalu Syekh Maulana Mansyuruddin menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan. Karomah Syekh Maulana Mansuruddin bershabat Dengan Harimau Menurut cerita yang berkembang, Syekh Maulana Mansyurudin terkenal sakti dan dapat bersahabat dengan harimau. Ketika Syekh Maulana Mansyuruddin berjalan kesebuah hutan lalu tiba tiba Beliau mendengar Aungan Harimau yang merintih kesakitan. Ketika dihampiri oleh Syekh Mansyurudin Harimau tersebut tengah terjepit pada suatu pohon besar. Lalu Syekh Mansyuruddin menolong Harimau tersebut melepaskan dari himpitan kayu, setelah dibebaskan harimau tersebut mengaung dan menunduk dihadapan Syekh Maulana Mansyuruddin. Ketika Syekh Maulana Mansyuruddin menyebarkan syariah agama islam di daerah selatan ke pesisir laut, saat perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sulthan Seykh Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus. Namun saat beristirahat di bawah pohon waru, terdengar rintihan suara minta minta tolong, ternyata suara itu berada dipinggir laut. Lalu Syekh Maulana Mansyuruddin menghampiri ternyata itu harimau yang kakinya terjepit, setelah itu harimau melihat Syekh Maulana Mansyuruddin yang berada di depannya, melihat ada manusia di depannya harimau tersebut pasrah bahwa ajalnya telah dekat, dalam perasaan putus asa harimau itu mengaum pada Syekh Maulana Mansyuruddin. Maka atas izin Allah tiba-tiba Syekh Maulana Mansyuruddin dapat mengerti bahasa binatang. Karena Syekh Maulana Mansyuruddin adalah seorang Auliya Allah. Maka atas izin Allah, harimau tersebut dapat dilepaskan, setelah itu Syekh Maulana Mansyuruddin berkata, â saya sudah menolongmu, dan saya minta kamu dan anak buah mu berjanji untuk tidak mengganggu anak, cucu, dan semua keturunan ku. Kemudian harimau itu menyanggupinya dan akhirnya diberikan harimau itupun dipakaikan kalung di lehernya dan diberi nama si pincang atau Raden langlang buana atau Ki Buyud Kalam. Batu Qurâan Dalam catatan sejarah, awal mula munculnya pemandian Batu Quran diyakini saat Maulana Mansyuruddin hendak pulang ke Banten, saat minta pertolong Allah sambil membasu muka pada Air Zam-Zam, seketika itu datang, dan muncul bersama dengan air dari tanah yang tidak berhenti mengucur. Banyak orang menyakini bahwa air yang mengucur tersebut adalah air zam zam. Setelah sekian lama menyiarkan islam ke berbagai daerah banten dan sekitarnya. Syekh Maulana Manyuruddin meninggal dunia pada Tahun 1672M dan di makamkan di Desa Cikaduen, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang, Banten. Hingga kini makam Syekh Maulana Mansyuruddin rampai dikunjungi wisata religi dari berbagai daerah. Biasanya saat bulan maulid, rajab, sawal, muaram, dan hendak memasuki bulan ramadhan. Demikianlah Wallahu aâlam bishawab. Terimakasih Semoga Bermanfaat. Author A Iwan Dahlani
Sapun awaking reuk make pasang panjang pasadun pok sablapunMeunag Ahung tujuh kaliAhung deuiAhung deuiAhung malunggaAhung malinggaAhung mangdegdegAhung mangandegAhung manglindu asihKa Ambu aing Sira mangambungKa Bapa aing Sira mangumbangPangjungjungkeun panglawungkeunKu Ambu aing sira manglaungKu Bapa aing sira mangumpangPangnyambungkeun aing saur pangngapakeun aing sabaKa luhur ka mega beureumKa mega hideungKa mega si karambanganKa mega si kareumbinganKa mega si karentenKa mega si kalambatanKa mega si kaleumbitanKa mega si antrawelaKa kocapnaKa ucapnaKa Puncakning ibunKa guru putra hiyang bayuKa nu weang nyukcruk ibunAhung.......Weweg sampeg, Mandala pageuhMangka tetep mangka langgengMangka langgeng tunggal tineungDatang hiji datang duaDatang tilu nungku nungkuDatang opat ngawun ngawunDatang lima lingga emasDatang genep nguren ngurenDatang tujuh lilimbunganPuluhan tanpa wilanganCalik calik nu geulisNyai Sri calik di dieuUnggah ka pasaran legaGeusan sia gagayahanGeusan sia gagayahanDi gedong manik mandala pageuhLemut teuing ku buruananaLesang teuing ku bojanaNu geulis ranggeuy mirikiniknikBar ngampar ku samak metrukGasan bujang kasangna bagusGasan Nyai tes netepanNgajepret palisir bodas